PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK CACAT
Oleh : Esti Koco Susilowati (I0309019)
Dewasa ini, teknologi dan komunikasi
masyarakat sudah semakin maju dan pesat. Hal ini mendorong suatu perusahaan
untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menciptakan suatu produk yang
sesuai dengan standar kualitas. Produk dengan standar kualitas yang baik nantinya
akan menjadi senjata utama saat bersaing dengan produk dari perusahaan lainnya.
Menurut Kholik (2008), kualitas merupakan kunci keberhasilan bagi sebuah
industri agar mampu bersaing dan memimpin pasar. Selain itu, produk berkualitas
mempunyai karateristik utama yaitu memuaskan pelanggan atau konsumen. Kepuasan
konsumen nantinya akan mempengaruhi kelangsung hidup suatu perusahaan.
Kualitas merupakan ukuran tingkat kesesuaian barang atau jasa
dengan standar yang telah ditentukan, sehingga kualitas mempunyai sifat seragam
karena sudah ditentukan batas kendali atas dan bawahnya. Pendapat Garvin yang
dikutip oleh Amitava Mitra menyatakan bahwa ada delapan dimensi dari kualitas
yaitu kinerja, bentuk, reliabilitas, kesesuaian, durabilitas, survisabilitas,
estetika, dan kualitas yang dipersepsikan. Akan tetapi, saat ini tidak banyak
produk yang diperjual-belikan di pasar mempunyai standar kualitas yang baik.
Banyak produsen hanya sekedar memproduksi dengan jumlah massal tetapi tidak
memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya. Mereka hanya berpikir caranya
memperoleh keuntungan yang banyak tanpa harus mengeluarkan biaya produksi yang
besar. Hal inilah yang menyebabkan banyak terjadinya retur barang apabila
barang yang diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan standar kualitas mereka.
Retur berasal dari kata return yang berarti kembali.
Konsumen dapat melakukan pengembalian barang atau produk yang sudah ia pesan
atau ia beli dari produsen dikarenakan adanya suatu produk yang tidak sesuai
dengan yang diinginkan oleh mereka. Produk yang tidak sesuai dapat dikatakan
sebagai produk cacat. Produk ini mempunyai kriteria yang tidak sesuai dengan
keinginan konsumen sehingga konsumen merasa tidak puas. Apabila retur barang
tidak ditangani lebih serius oleh pihak produsen, produsen tersebut nantinya
akan mengalami kerugian yang begitu besar. Kerugian itu berupa penambahan biaya
produksi untuk mengganti barang yang dikembalikan oleh konsumen apabila
konsumen menghendaki produk yang baru untuk retur barang mereka. Oleh karena
itu, untuk menghindari penambahan biaya produksi sebaiknya produsen memperbaiki
proses produksinya agar tidak menghasilkan produk cacat kembali yang merupakan
faktor utama terjadinya retur barang.
Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
standar kualitas yang sudah ditentukan. Standar kualitas yang baik menurut
konsumen adalah produk tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Apabila konsumen sudah merasa bahwa produk tersebut tidak dapat digunakan
sesuai kebutuhan mereka maka produk tersebut akan dikatakan sebagai produk
cacat.
Untuk mengatasi produk cacat yang dihasilkan, produsen hanya dapat
melakukan pencegahan terhadap terjadinya cacat produk. Untuk melakukan
perbaikan sangat sulit dikarenakan memperbaiki produk yang cacat tetapi tidak
pada proses produksinya sama saja akan menambah biaya. Produsen sebaiknya
melakukan pencegahan terjadinya produk cacat dengan cara menyelidiki apakah
terjadi kesalahan dalam proses produksinya sehingga dapat didapatkan penyebab
produk cacat itu terjadi.
Menurut Salam (2008), suatu produk dikatakan cacat apabila produk
tersebut tidak aman dalam penggunaannya serta tidak memenuhi syarat – syarat
keamanan tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat
yang “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang itu
“tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang semestinya
dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan “berkurangnya manfaat”
benda tersebut dari tujuan yang semestinya.
Menurut Jiwa (2009), penyebab suatu produk dikatakan cacat ada tiga
kategori, yaitu cacat produk atau manufaktur, cacat desain, dan cacat
peringatan atau instruksi. Cacat produk atau manufaktur merupakan cacat yang
paling tidak diharapkan oleh konsumen karena cacat jenis ini dapat membahayakan
harta benda, kesehatan, atau jiwa konsumen. Cacat desain merupakan salah satu
hal yang merugikan bagi konsumen apabila desain dari produk yang digunakan oleh
konsumen tidak dipenuhi sebagaimana mestinya. Cacat peringatan atau instruksi
adalah cacat produk akibat tidak dilengkapi dengan peringatan-peringatan
tertentu atau instruksi penggunaan tertentu. Tanggung jawab atas cacat
peringatan ini secara tegas dibebankan kepad produsen, tetapi dengan
syarat-syarat tertentu beban tanggung jawab juga dapat dibebankan kepada pelaku
usaha lainnya seperti importir produk, distributor, atau pedagang pengecernya.
Produsen harus melakukan suatu tindakan lebih lanjut untuk mengatasi
permasalahan produk cacat tersebut. Produk cacat dapat dikendalikan dengan
melalui pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas bukan berarti bahwa
kualitas produk yang dikendalikan melainkan mengendalikan proses produksi agar kecacatan
produk yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan kembali. Pengendalian
kualitas itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang
dihasilkan sebuah perusahaan dengan cara mengurangi faktor kesalahan, cacat
produk, kegagalan, dan ketidaksesuaian spesifikasi. (S.P., R. Phenter, dan
Safa, Faisal, 2004).
Penanganan produk cacat dalam sebuah perusahaan ternyata tidak
hanya terjadi karena kurang maksimalnya kinerja departemen Quality Control.
Terkadang masih ada perusahaan yang tidak memakai jasa departemen Quality
Control. Produsen memberikan kepercayaan yang penuh kepada bidang-bidang
lain yang erat hubungannya dengan proses produksi sebagai pemeriksa hasil
produksi. Cara ini tidak disalahkan tetapi sebaiknya sangat diperlukan adanya
departemen Quality Control. Menurut Rasidi dalam artikelnya Konsep
Baru Kegunaan Quality Control (2008), quality control adalah profesi
inspecting, testing, dan grading yang bertujuan untuk
mencari just to the point dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin
agar konsumen merasa puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapatkan
keuntungan.
Ketiadaan departemen quality control memang diperbolehkan tetapi
sebaiknya perusahaan tersebut melakukan pengendalian kualitas di setiap saat
agar produknya tetap berkualitas dan tidak mengalami kecacatan. Pengendalian
kualitas ini dilakukan dengan melakukan inspeksi atau peninjauan langsung
terhadap produk yang dihasilkan setiap harinya guna meminimalisasi besarnya
jumlah cacat, serta melakukan pengujian terhadap produk untuk mengetahui
performansi produk yang dihasilkan.
Alat yang digunakan untuk pengendalian kualitas adalah dengan
menggunakan metode statistik. Menurut Handoko dalam bukunya Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi (1991: 434) menyatakan bahwa pengendalian
kualitas statistik merupakan metode statistik untuk mengumpulkan dan
menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel dalam kegiatan pengawasan
kualitas produk. Handoko menambahkan bahwa pengendalian kualitas statistik tidak
menciptakan resiko ataupun menghilangkan resiko. Tujuan dari sistem
pengendalian ini adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan
bagaimana cara mengawasi resiko.
Menurut Juran dalam bukunya Juran’s Quality Control Handbook 4th
(1988: 24.2) yang termasuk dalam Pengendalian Kualitas Stastistikal adalah Pengendalian
Proses Statistik, diagnostic tools, perencanaan sampling, dan teknik
statistikal lainnya. Menurut Besterfield dalam bukunya Quality Control 5th
Edition, beberapa teknik dasar pendukung kegiatan pengendalian
kualitas adalah diagram pareto, matrix analysis, cause-and-effect
diagram, check sheet, histogram, control chart, dan scatter
diagram.
Proses produksi yang sudah dikendalikan diharapkan dapat
menghasilkan produk dengan tingkat kecacatan rendah dan mempunyai nilai
kualitas yang tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumen sebagai pengguna
produk tersebut. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya apabila suatu produsen
dalam pengendalian kualitas tidak hanya fokus pada pencarian penyebab
terjadinya cacat produk. Produsen sebaiknya juga mencari cara atau solusi untuk
proses pencegahan kerusakan sehingga kualitas produk nantinya tetap meningkat.
Peningkatan kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen,
melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari produk (barang dan/atau
jasa), kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk
yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat
apabila ditemukan perbedaan diantara kinerja aktual dan standar (Gaspersz, 2001:
1).
DAFTAR PUSTAKA
Besterfield,
Dale H. 1979. Quality Control Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Gaspersz,
Vincent. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Handoko, T.
Hani. 1991. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Jiwa. 22
Oktober 2009. Pengertian Product Liability. http://jenggoten.blogspot.com/2009/10/pengertian-product-liability.html,
[5 November 2011].
Juran, J.M.
1998. Juran’s Quality Control Handbook Fourth Edition. USA: McGraw-Hill
Book Company.
Kholik, Heri M.
2008. Aplikasi DMAIC Dalam Metode Six Sigma dan Eksperimen Shainin Bhote
sebagai Penurunan Persentase Cacat. Jurnal Teknik Industri Volume 9:
117-127.
Mitra, Amitava.
1998. Fundamental of Quality Control and Improvement Second Edition. New
Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Rasidi, Imam.
23 November 2008. Konsep Baru Kegunaan Quality Control. http://iman2us.blogspot.com/2008/11/quality-control-pengendalian-mutu.html,
[6 November 2011]
S.P., R.
Phenter dan Safa, Faisal. Identifikasi dan Simulasi Faktor Penyebab Cacat
Produk Botol Kontainer dengan Metode Six Sigma Pada PT Indovasi Plastik Lestari.
INESIA Volume 5: 98-115.
Salam, Abdul.
17 Juli 2008. Cacat Tersembunyi (Latent-defect). http://staff.blog.ui.ac.id/abdul.salam/2008/07/17/cacat-tersembunyi-latent-defect/.html,
[5 November 2011].
assalamu'alaikum salam kenal :)
ReplyDeletewww.mrmansu.com
www.imanrasidi.blogspot.com
nice inpoh teh
ReplyDeleteini saya lagi Tugas akhir teh
kebetulan saya mengambil metode six sigma untuk metode deteksi cacat serta untuk solusinya teh
sekali sekali berkunjung ke blog saya teh
www.daycoersclothing.blogspot.com
waahh semoga artikel yang aku buat ini sedikit membantu untuk tugas akhirnya ya. Sukses terus :)
Delete