Friday 18 May 2012

PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK CACAT


PENGENDALIAN KUALITAS PADA PRODUK CACAT
Oleh : Esti Koco Susilowati (I0309019)
            Dewasa ini, teknologi dan komunikasi masyarakat sudah semakin maju dan pesat. Hal ini mendorong suatu perusahaan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dengan menciptakan suatu produk yang sesuai dengan standar kualitas. Produk dengan standar kualitas yang baik nantinya akan menjadi senjata utama saat bersaing dengan produk dari perusahaan lainnya. Menurut Kholik (2008), kualitas merupakan kunci keberhasilan bagi sebuah industri agar mampu bersaing dan memimpin pasar. Selain itu, produk berkualitas mempunyai karateristik utama yaitu memuaskan pelanggan atau konsumen. Kepuasan konsumen nantinya akan mempengaruhi kelangsung hidup suatu perusahaan.
Kualitas merupakan ukuran tingkat kesesuaian barang atau jasa dengan standar yang telah ditentukan, sehingga kualitas mempunyai sifat seragam karena sudah ditentukan batas kendali atas dan bawahnya. Pendapat Garvin yang dikutip oleh Amitava Mitra menyatakan bahwa ada delapan dimensi dari kualitas yaitu kinerja, bentuk, reliabilitas, kesesuaian, durabilitas, survisabilitas, estetika, dan kualitas yang dipersepsikan. Akan tetapi, saat ini tidak banyak produk yang diperjual-belikan di pasar mempunyai standar kualitas yang baik. Banyak produsen hanya sekedar memproduksi dengan jumlah massal tetapi tidak memperhatikan kualitas produk yang dihasilkannya. Mereka hanya berpikir caranya memperoleh keuntungan yang banyak tanpa harus mengeluarkan biaya produksi yang besar. Hal inilah yang menyebabkan banyak terjadinya retur barang apabila barang yang diterima oleh konsumen tidak sesuai dengan standar kualitas mereka.
Retur berasal dari kata return yang berarti kembali. Konsumen dapat melakukan pengembalian barang atau produk yang sudah ia pesan atau ia beli dari produsen dikarenakan adanya suatu produk yang tidak sesuai dengan yang diinginkan oleh mereka. Produk yang tidak sesuai dapat dikatakan sebagai produk cacat. Produk ini mempunyai kriteria yang tidak sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen merasa tidak puas. Apabila retur barang tidak ditangani lebih serius oleh pihak produsen, produsen tersebut nantinya akan mengalami kerugian yang begitu besar. Kerugian itu berupa penambahan biaya produksi untuk mengganti barang yang dikembalikan oleh konsumen apabila konsumen menghendaki produk yang baru untuk retur barang mereka. Oleh karena itu, untuk menghindari penambahan biaya produksi sebaiknya produsen memperbaiki proses produksinya agar tidak menghasilkan produk cacat kembali yang merupakan faktor utama terjadinya retur barang.
Produk cacat merupakan produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar kualitas yang sudah ditentukan. Standar kualitas yang baik menurut konsumen adalah produk tersebut dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka. Apabila konsumen sudah merasa bahwa produk tersebut tidak dapat digunakan sesuai kebutuhan mereka maka produk tersebut akan dikatakan sebagai produk cacat.
Untuk mengatasi produk cacat yang dihasilkan, produsen hanya dapat melakukan pencegahan terhadap terjadinya cacat produk. Untuk melakukan perbaikan sangat sulit dikarenakan memperbaiki produk yang cacat tetapi tidak pada proses produksinya sama saja akan menambah biaya. Produsen sebaiknya melakukan pencegahan terjadinya produk cacat dengan cara menyelidiki apakah terjadi kesalahan dalam proses produksinya sehingga dapat didapatkan penyebab produk cacat itu terjadi.
Menurut Salam (2008), suatu produk dikatakan cacat apabila produk tersebut tidak aman dalam penggunaannya serta tidak memenuhi syarat – syarat keamanan tertentu. Pengertian cacat juga diatur dalam KUH Perdata, yaitu cacat yang “sungguh-sungguh” bersifat sedemikian rupa yang menyebabkan barang itu “tidak dapat digunakan” dengan sempurna sesuai dengan keperluan yang semestinya dihayati oleh benda itu, atau cacat itu mengakibatkan “berkurangnya manfaat” benda tersebut dari tujuan yang semestinya.
Menurut Jiwa (2009), penyebab suatu produk dikatakan cacat ada tiga kategori, yaitu cacat produk atau manufaktur, cacat desain, dan cacat peringatan atau instruksi. Cacat produk atau manufaktur merupakan cacat yang paling tidak diharapkan oleh konsumen karena cacat jenis ini dapat membahayakan harta benda, kesehatan, atau jiwa konsumen. Cacat desain merupakan salah satu hal yang merugikan bagi konsumen apabila desain dari produk yang digunakan oleh konsumen tidak dipenuhi sebagaimana mestinya. Cacat peringatan atau instruksi adalah cacat produk akibat tidak dilengkapi dengan peringatan-peringatan tertentu atau instruksi penggunaan tertentu. Tanggung jawab atas cacat peringatan ini secara tegas dibebankan kepad produsen, tetapi dengan syarat-syarat tertentu beban tanggung jawab juga dapat dibebankan kepada pelaku usaha lainnya seperti importir produk, distributor, atau pedagang pengecernya.
Produsen harus melakukan suatu tindakan lebih lanjut untuk mengatasi permasalahan produk cacat tersebut. Produk cacat dapat dikendalikan dengan melalui pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas bukan berarti bahwa kualitas produk yang dikendalikan melainkan mengendalikan proses produksi agar kecacatan produk yang dihasilkan tidak mengalami peningkatan kembali. Pengendalian kualitas itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan sebuah perusahaan dengan cara mengurangi faktor kesalahan, cacat produk, kegagalan, dan ketidaksesuaian spesifikasi. (S.P., R. Phenter, dan Safa, Faisal, 2004).
Penanganan produk cacat dalam sebuah perusahaan ternyata tidak hanya terjadi karena kurang maksimalnya kinerja departemen Quality Control. Terkadang masih ada perusahaan yang tidak memakai jasa departemen Quality Control. Produsen memberikan kepercayaan yang penuh kepada bidang-bidang lain yang erat hubungannya dengan proses produksi sebagai pemeriksa hasil produksi. Cara ini tidak disalahkan tetapi sebaiknya sangat diperlukan adanya departemen Quality Control. Menurut Rasidi dalam artikelnya Konsep Baru Kegunaan Quality Control (2008), quality control adalah profesi inspecting, testing, dan grading yang bertujuan untuk mencari just to the point dengan cara yang fleksibel dan untuk menjamin agar konsumen merasa puas, investasi bisa kembali, serta perusahaan mendapatkan keuntungan.
Ketiadaan departemen quality control memang diperbolehkan tetapi sebaiknya perusahaan tersebut melakukan pengendalian kualitas di setiap saat agar produknya tetap berkualitas dan tidak mengalami kecacatan. Pengendalian kualitas ini dilakukan dengan melakukan inspeksi atau peninjauan langsung terhadap produk yang dihasilkan setiap harinya guna meminimalisasi besarnya jumlah cacat, serta melakukan pengujian terhadap produk untuk mengetahui performansi produk yang dihasilkan.
Alat yang digunakan untuk pengendalian kualitas adalah dengan menggunakan metode statistik. Menurut Handoko dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi (1991: 434) menyatakan bahwa pengendalian kualitas statistik merupakan metode statistik untuk mengumpulkan dan menganalisa data hasil pemeriksaan terhadap sampel dalam kegiatan pengawasan kualitas produk. Handoko menambahkan bahwa pengendalian kualitas statistik tidak menciptakan resiko ataupun menghilangkan resiko. Tujuan dari sistem pengendalian ini adalah untuk menunjukkan tingkat reliabilitas sampel dan bagaimana cara mengawasi resiko.
Menurut Juran dalam bukunya Juran’s Quality Control Handbook 4th (1988: 24.2) yang termasuk dalam Pengendalian Kualitas Stastistikal adalah Pengendalian Proses Statistik, diagnostic tools, perencanaan sampling, dan teknik statistikal lainnya. Menurut Besterfield dalam bukunya Quality Control 5th Edition, beberapa teknik dasar pendukung kegiatan pengendalian kualitas adalah diagram pareto, matrix analysis, cause-and-effect diagram, check sheet, histogram, control chart, dan scatter diagram.
Proses produksi yang sudah dikendalikan diharapkan dapat menghasilkan produk dengan tingkat kecacatan rendah dan mempunyai nilai kualitas yang tinggi sehingga tidak mengecewakan konsumen sebagai pengguna produk tersebut. Akan tetapi, alangkah lebih baiknya apabila suatu produsen dalam pengendalian kualitas tidak hanya fokus pada pencarian penyebab terjadinya cacat produk. Produsen sebaiknya juga mencari cara atau solusi untuk proses pencegahan kerusakan sehingga kualitas produk nantinya tetap meningkat.
Peningkatan kualitas merupakan aktivitas teknik dan manajemen, melalui mana kita mengukur karakteristik kualitas dari produk (barang dan/atau jasa), kemudian membandingkan hasil pengukuran itu dengan spesifikasi produk yang diinginkan pelanggan, serta mengambil tindakan peningkatan yang tepat apabila ditemukan perbedaan diantara kinerja aktual dan standar (Gaspersz, 2001: 1).




DAFTAR PUSTAKA
Besterfield, Dale H. 1979. Quality Control Fifth Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Gaspersz, Vincent. 2001. Metode Analisis Untuk Peningkatan Kualitas. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Handoko, T. Hani. 1991. Dasar-dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta: BPFE.
Jiwa. 22 Oktober 2009. Pengertian Product Liability. http://jenggoten.blogspot.com/2009/10/pengertian-product-liability.html, [5 November 2011].
Juran, J.M. 1998. Juran’s Quality Control Handbook Fourth Edition. USA: McGraw-Hill Book Company.
Kholik, Heri M. 2008. Aplikasi DMAIC Dalam Metode Six Sigma dan Eksperimen Shainin Bhote sebagai Penurunan Persentase Cacat. Jurnal Teknik Industri Volume 9: 117-127.
Mitra, Amitava. 1998. Fundamental of Quality Control and Improvement Second Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Rasidi, Imam. 23 November 2008. Konsep Baru Kegunaan Quality Control. http://iman2us.blogspot.com/2008/11/quality-control-pengendalian-mutu.html, [6 November 2011]
S.P., R. Phenter dan Safa, Faisal. Identifikasi dan Simulasi Faktor Penyebab Cacat Produk Botol Kontainer dengan Metode Six Sigma Pada PT Indovasi Plastik Lestari. INESIA Volume 5: 98-115.
Salam, Abdul. 17 Juli 2008. Cacat Tersembunyi (Latent-defect). http://staff.blog.ui.ac.id/abdul.salam/2008/07/17/cacat-tersembunyi-latent-defect/.html, [5 November 2011].




3 comments:

  1. assalamu'alaikum salam kenal :)

    www.mrmansu.com

    www.imanrasidi.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. nice inpoh teh
    ini saya lagi Tugas akhir teh
    kebetulan saya mengambil metode six sigma untuk metode deteksi cacat serta untuk solusinya teh
    sekali sekali berkunjung ke blog saya teh
    www.daycoersclothing.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. waahh semoga artikel yang aku buat ini sedikit membantu untuk tugas akhirnya ya. Sukses terus :)

      Delete