BAB I
PENDAHULUAN
Pada
bab I ini akan dibahas mengenai latar belakang, perumusan makalah, dan tujuan
penulisan dari makalah yang dibuat.
1.1.
Latar Belakang
Laboratorium Sistem Kualitas (LSK) mengampu dua
praktikum, yaitu praktikum Pengendalian Kualitas Statistik dan Material Teknik.
Dalam makalah yang saya susun ini fokus pada materi praktikum Pengendalian Kualitas
Statistik.
Statistika
adalah pengetahuan yang berhubungan dengan cara-cara pengumpulan data,
pengolahan atau penganalisaannya, dan penarikan kesimpulan berdasarkan kumpulan
data dan penganalisaan yang dilakukan.
Statistika
dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensia.
Statistika deskriptif adalah statistik yang berkenaan dengan
metode atau cara mendeskripsikan, menggambarkan,
menjabarkan, atau menguraikan data. Statistik deskriptif mengacu pada bagaimana
menata atau mengorganisasi data, menyajikan, dan menganalisis data. Menata,
menyajikan, dan menganalisis data dapat dilakukan misalnya dengan menentukan
nilai rata-rata hitung dan persen / proposisi. Cara lain untuk menggambarkan
data adalah dengan membuat tabel, distribusi frekuensi, dan diagram atau grafik
(Sugiyono, 2006).
Sedangkan
pengertian Statistik inferensial adalah statistik yang berkenaan dengan
cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk
menggambarkan karakterisktik atau ciri dari suatu populasi. Dengan demikian
dalam statistik inferensial dilakukan suatu generalisasi (perampatan atau
memperumum) dan hal yang bersifat khusus (kecil) ke hal yang lebih luas (umum).
Oleh karena itu, statistik inferensial disebut juga statistik induktif atau
statistik penarikan kesimpulan. Pada statistik inferensial biasanya dilakukan
pengujian hipotesis dan pendugaan mengenai
karakteristik (ciri) dari suatu populasi, seperti mean dan Uji t (Sugiyono,
2006).
Statistika
inferensia ada dua macam, yaitu statistika parametrik dan statistika non
parametrik. Suatu hipotesis statistika merupakan pernyataan tentang fungsi
peluang dari suatu atau lebih peubah acak. Hipotesis dikatakan sederhana
apabila pernyataan menunjukkan ciri populasi secara lengkap. Bila tidak,
hipotesis dikatakan majemuk. Hipotesis yang dipelajari yaitu hipotesis nol (H0)
dan hipotesis yang merupakan konklusi apabila hipotesis nol ditolak adalah
hipotesis tandingan (H1).
Secara umum ada tiga bentuk hipotesis:
1.
Hipotesis dua pihak (two tailed)
H0 : Φ = Φ0
H1 : Φ ≠ Φ0
2.
Hipotesis sepihak (kanan)
H0 : Φ ≤ Φ0
H1 : Φ > Φ0
3.
Hipotesis sepihak (kiri)
H0 : Φ ≥ Φ0
H1 : Φ < Φ0
Beberapa catatan penting mengenai penggunaan uji statistika
nonparametrik
1.
Perumusan hipotesis harus didukung oleh
landasan teoritis yang tepat sehingga kebenaran hipotesis dapat
dipertanggungjawabkan. Contoh korelasi antara pendapatan dan pengeluaran harus
ditentukan berdasarkan teori/substansi.
2.
Dianjurkan peneliti berusaha memilih hipotesis
sepihak karena menunjukkan kedalaman pengetahuan peneliti terhadap permasalahan
yang akan diselesaikan.
3.
Hipotesis dua pihak hanyalah dipakai jika
peneliti kurang yakin tentang nilai parameter yang diharapkan.
4.
Benar atau salahnya hipotesis tidak akan pernah
diketahui dengan pasti kecuali bila kita memeriksa seluruh populasi. Oleh
karena itu kita mengambil sampel random dari populasi tersebut dan menggunakan
informasi yang dikandung sampel itu untuk memutuskan apakah hipotesis tersebut
kemungkinan besar benar atau salah. Bukti data dari sampel yang tidak konsisten
dengan hipotesis membawa kita pada penolakan hipotesis tersebut, demikian juga
sebaliknya. Perlu ditegaskan bahwa penerimaan suatu hipotesis statistik
adalah merupakan akibat dari ketidakcukupan bukti untuk menolaknya, dan tidak
berimplikasi bahwa hipotesis itu benar.
5.
Secara umum, pengujian hipotesis dibedakan 2,
pengujian hipotesis komparatif dan asosiasi. Pengujian hipotesis komparasi
berkaitan dengan pengujian perbedaan (difference) mean antara dua
kelompok atau lebih. Pengujian hipotesis asosiasi berkaitan dengan menguji
antara dua variabel.
Dalam
pengujian hipotesis sangat berhubungan dengan distribusi data populasi yang
akan diuji. Bila distribusi data populasi yang akan diuji berbentuk
normal/simetris/Gauss, maka proses pengujian dapat digunakan dengan pendekatan
uji statistik parametrik. Sedangkan, bila distribusi data populasinya tidak
normal atau tidak diketahui distribusinya maka dapat digunakan pendekatan uji
statistik nonparametrik.
Statistik
parametrik, pengujian hipotesisnya dan pengambilan keputusannya dipengaruhi
oleh beberapa asumsi yang apabila tidak terpenuhi maka validitas hasil
penelitian diragukan. Asumsi tersebut adalah :
a.
Normalitas distribusi populasi,
b.
Independensi pemilihan unit sampel dari populasi,
c.
Independensi pengamatan unit observasi,
d.
Kesamaan varians jika membandingkan dua atau
sejumlah sampel,
e.
Variabel diukur paling sedikit dalam skala interval.
Akan
tetapi, dalam prakteknya di lingkungan saat ini justru kondisi yang muncul
tidak sesuai dengan asumsi diatas sehingga pengujian hipotesis dengan
menggunakan statistika nonparametrik dipilih sebagai alternatif dalam
pengambilan keputusan.
Makalah
yang saya tulis ini mempunyai judul, “Penggunaan Uji Statistika Nonparametrik
dalam Pengambilan Keputusan.”
1.2. Perumusan
Masalah
Perumusan masalah yang diambil
dari penyusunan makalah ini adalah
a.
Definisi Statistika Nonparametrik
b.
Kelebihan dan kelemahan Statistika Nonparametrik
c.
Penggunaan Statistika Nonparametrik
d.
Metode Statistika Nonparametrik
1.3. Tujuan
Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi persyaratan open
recruitment calon asisten laboratorium Sistem Kualitas (LSK) Jurusan Teknik
Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Suarakarta.
BAB II
PEMBAHASAN
Pada
bab II ini akan diberikan pembahasan mengenai Statistika Nonparametrik, yang
meliputi definisi statistika nonparametrik, kelebihan dan kelemahan statistika
nonparametrik, penggunaan statistika nonparametrik, dan jenis – jenis metode
statistika nonparametrik.
2.1. Definisi Statistika Nonparametrik
Istilah nonparametrik sendiri pertama kali digunakan
oleh Wolfowitz, 1942. Istilah lain yang sering digunakan antara lain distribution-free
statistics dan assumption-free test. Dari istilah-istilah ini,
dengan mudah terlihat bahwa metode statistik nonparametrik merupakan metode
statistik yang dapat digunakan dengan mengabaikan segala asumsi yang melandasi
metode statistik parametrik, terutama yang berkaitan dengan distribusi normal.
Prosedur
nonparametrik atau bebas-distribusi sekarang ini semakin banyak digunakan
karena data yang disajikan tidak dalam sebagai nilai pada kontinu tetapi dalam
skala ordinal sehingga wajar menyajikannya dalam bentuk rang. Pada statistika
nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berskala ordinal dan
nominal.
Skala
ordinal yaitu lambang – lambang bilangan hasil pengukuran menunjukkan urutan
atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik yang dipelajari.
Sedangkan skala nominal adalah skala yang merupakan kategori atau kelompok dari
suatu subyek. Misal, variabel jenis kelamin responden dikelompokkan menjadi
dua, yaitu L dan P, masing – masing diberi kode 1 dan 2.
Kebanyakan
statistik uji nonparametrik menggunakan konsep count dan rank
dalam perhitungannya. Untuk pengujian dengan sampel berukuran kecil, tiap
pengujian memiliki tabel pembanding masing – masing. Tabel eksak dari tiap
tabel pembanding ini belum tentu mudah untuk dibuat. Untuk pengujian dengan ukuran
contoh yang besar, beberapa statistik uji nonparametrik memiliki sebaran
asimtotik yang biasanya normal baku atau chi-kuadrat.
2.2. Kelebihan dan Kekurangan Statistika Nonparametrik
Berikut
beberapa keuntungan yang dapat diperolah apabila kita memilih prosedur
nonparametrik daripada prosedur parametrik :
a. Jika
ukuran sampel kita kecil, tidak ada pilihan lain yang lebih baik daripada
menggunakan metode statistika nonparametrik, kecuali jika distribusi populasi
jelas normal.
b. Karena
memerlukan sedikit asumsi, umunya metode nonparametrik lebih relevan pada situasi
– situasi tertentu, sehingga kemungkinan penerapannya lebih luas. Disamping
itu, kemungkinan digunakan secara salah (karena pelanggaran asumsi) lebih kecil
daripada metode parametrik.
c. Metode
nonparametrik dapat digunakan meskipun data diukur dalam skala ordinal.
d. Metode
nonparametrik dapat digunakan meskipun data diukur dalam skala nominal
(katagorikal). Sebaliknya tidak ada teknik parametrik yang dapat diterapkan
untuk data nominal.
e. Beberapa
uji statistik nonparametrik dapat menganalisis perbedaan sejumlah sampel.
Beberapa uji statistik parametrik dapat dipakai untuk menganalisi persoalan
serupa tetapi menuntut pemenuhan sejumlah asumsi yang hampir tidak mungkin
diwujudkan.
f. Uji
statistik nonparametrik mudah dilakukan meskipun tidak terdapat komputer (dapat
dianalisa secara manual). Analisis data dapat diselesaikan hanya dengan
menggunakan kalkulator tangan. Oleh karena itu, metode nonparametrik pantas
disebut teknologi tepat guna yang masih dibutuhkan di negara – negara
berkembang (dan terbelakang).
g. Pada
umumnya para peneliti dengan dasar matematika yang kurang merasakan bahwa
konsep dan metode nonparametrik mudah dipahami.
Selain kelebihan
metode nonparametrik diatas, ditemukan pula kelemahan dari metode ini, yaitu :
- Fleksibilitas terhadap skala pengukuran variabel kadang – kadang mendorong peneliti memilih metode nonparametrik, meskipun situasinya memungkinkan untuk menggunakan metode parametrik. Karena didasarkan asumsi yang lebih sedikit, metode nonparametrik secara statistik kurang kuat dibandingkan metode parametrik.
- Jika asumsi untuk metode parametrik terpenuhi, dengan ukuran sampel yang sama, metode nonparametrik kurang memiliki kuasa dibandingkan metode parametrik.
- Penyederhanaan data dari skala rasio atau interval ke dalam ordinal atau nominal meskipun merupakan pemborosan (detail) informasi yang sudah dikumpulkan.
- Meski konsep dan prosedur nonparametrik sederhana, tetapi pekerjaan hitung – menghitung bisa membutuhkan banyak waktu jika ukuran sampel yang dianalisis besar.
2.3. Penggunaan Statistika Nonparametrik
Berikut
ini akan dijelaskan pedoman penggunaan uji statistika nonparametrik dalam
pengambilan keputusan.
APLIKASI
|
TEST PARAMETRIK
|
TEST NONPARAMETRIK
|
Dua
sampel saling berhubungan
|
Uji
T
Uji
Z
|
ü Sign Test
ü Wilcoxon Signed-Rank
ü Mc Nemar Change Test
|
Dua
sampel tidak berhubungan
|
Uji
T
Uji
Z
|
ü Mann-whitney U test
ü Moses Extreme Reactions
ü Chi-square test
ü Kolmogorov-Smirnov Test
ü Walt-Wolfowitz runs
|
Beberapa
sampel berhubungan
|
|
ü Freidman test
ü Kendall W test
ü Cochran’s Q
|
Beberapa
sampel tidak berhubungan
|
Uji
ANOVA (Uji F)
|
ü Kruskal-Wallis test
ü Chi-square test
ü Median test
|
Macam Data
|
BENTUK HIPOTESA
|
|||||
1 sampel
|
Komparatif 2 sampel
|
Komparatif lebih dari 2 sampel
|
Asosiatif/hubungan
|
|||
Dependen
|
Independen
|
Dependen
|
Independen
|
|||
NOMINAL
|
Binomial
Chi-square
|
McNemar
|
Fisher Exact
Chi-square
|
Cochran Q
|
Chi-square
|
Koefisien Kontingensi
(C)
|
ORDINAL
|
Run test
Wilcoxon Matched
Pairs
|
Sign test
Mann Whitney U test
Kolmogorov-Smirnov
Wald Wolfowitz
|
Median test
|
Friedman
|
Median Extention
Kruskal-Wallis
|
Korelasi Sparman Rank
Korelasi Kendal Tau
|
2.4. Metode Statistika Nonparametrik
Berikut
ini akan dijelaskan beberapa metode pengambilan keputusan yang termasuk dalam
uji statistika nonparametrik.
a. Uji
Tanda
Uji tanda digunakan untuk menguji
hipotesis mengenai median populasi. Dalam banyak kasus prosedur nonparametrik,
rataan digantikan oleh median sebagai parameter lokasi yang relevan untuk
diuji.
Uji tanda juga mempunyai
asumsi dimana asumsinya adalah distribusinya bersifat binomial. Binomial
artinya mempunyai dua nilai. Nilai ini dilambangkan dengan tanda, yaitu positif
dan negatif. Ini mengapa ia disebut uji tanda.
Uji tanda
banyak digunakan karena uji ini paling mudah untuk dilakukan pengujiannya dan
tidak memakan waktu yang lama. Pengerjaan pengujian ini terbilang cukup mudah.
Apabila setiap nilai pengamatan memiliki nilai lebih besar dari nilai rataannya
maka diganti dengan tanda (+). Sedangkan, apabila setiap nilai pengamatan
memiliki nilai kurang dari nilai rataannya maka diganti dengan tanda (-). Dan,
apabila nilai pengamatannya sama dengan nilai rataannya maka nilai pengamatan
tersebut harus dibuang.
Pengujian uji
tanda yang pertama dilakukan adalah menentukan hipotesis nolnya beserta dengan
hipotesis tandingannya. Tentukan pula taraf nyatanya beserta nilai proporsi
peubah binomial X-nya. Kemudian melakukan penghitungan Z hitung (apabila jumlah sampel lebih dari
30) dengan nilai n merupakan jumlah data pengamatan setelah dibandingkan dengan
nilai rataannya dan nilai x adalah jumlah data pengamatan dengan tanda (+).
Dengan begitu nilai Z akan didapat dan nilai P (proporsi)nya dapat ditentukan.
Keputusan H0 akan ditolak apabila nilai P yang didapat lebih kecil
atau sama dengan nilai taraf nyatanya.
b.
Uji
Rang-Tanda
Uji Rang-Tanda
dicetuskan oleh Frank Wilcoxon pada tahun 1945 dan saat ini disebut sebagai uji
rang-tanda Wilcoxon. Uji ini memanfaatkan baik tanda maupun besarnya selisih. Uji
rang-tanda Wilcoxon digunakan untuk kasus dua sampel yang dependen bila skala
ukur memungkinkan kita menentukan besar selisih yang terjadi, jadi bukan
sekedar hasil pengamatan yang berbeda saja. Uji rang-tanda Wilcoxon cocok
digunakan bila kita dapat mengetahui besarnya selisih antara pasangan-pasangan
harga pengamatan X1 dan Y1 berikut arah selisih yang
bersangkutan. Apabila kita dapat menentukan besarnya setiap selisih, maka kita
dapat menetapkan peringkat untuk masing-masing selisih itu. Melalui penyusunan
peringkat selisih – selisih inilah uji Wilcoxon memanfaatkan informasi tambahan
yang tersedia.
Asumsi :
·
Data untuk analisis terdiri atas n buah beda. D1
= Y1 – X1
·
Sampel X dan sampel Y adalah Variabel- variable
acak kontinyu dan beda X1 - Y1, X2 -Y2…dst
bersifat kontinyu pula.
·
Hipotesis nol yang di uji menyatakan bahwa
median perbedaan pasangan nilai pengamatan kedua sampel sama dengan nol.
Langkah
– langkah uji rang-tanda Wilcoxon :
1.
Asumsikan bahwa populasi perbedaan pasangan
nilai pengamatan kedua sampel adalah variable acak kontinyu.
2.
Hipotesis
- Uji satu sisi :
a.
Ho : W (+) = W
(-)
Hi : W (+) > W (-)
b. Ho : W (+) = W
(-)
Hi : W (+) < W (-)
- Uji dua sisi :
Ho
: W (+) = W (-)
Hi : W (+) ≠
W (-)
W
(+) : Jumlah semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi,
Yi) yang bertanda positif.
W
(-) : Jumlah semua peringkat selisih pasangan pengamatan (Wi,
Yi) yang bertanda negative
3.
Untuk setiap pasangan nilai pengamatan (Xi,
Yi), hitung perbedaannya (di = Xi – Yi).
4.
Berikan peringkat terhadap perbedaan nilai
pasangan pengamatan, mulai dari peringkat 1 untuk perbedaan terkecil hingga
peringkat n untuk perbedaan terbesar. Bila terdapat perbedaan nilai pasangan
yang sama, perbedaan pasangan nilai yang sama di beri peringkat rata-ratanya .
untuk beda nol, tidak diperhatikan.
5.
Bubuhkan tanda kepada peringkat yang sudah
dibuat itu: positif atau negative sesuai dengan tanda perbedaan nilai
pengamatan aslinya.
6.
Hitung banyaknya di yang bertanda
positif (disebut W+) dan negative (disebut W_).
7.
Statistik uji peringkat bertanda Wilcoxon ialah
W. M yang dipakai ialah W+ atau W_ yang nilainya lebih
kecil :
8.
W+ = ∑ Ri (Semua
peringkat positif) dan
│W-│= │∑Ri│(Semua peringkat Negatif)
Hipotesa nol
ditolak apabilai nilai W+, W-, atau W lebih kecil atau
sama dengan nilai di tabel yang sesuai.
c.
Uji Jumlah-rang
Uji ini dilakukan apabila ingin menguji
kesamaan rataan dua distribusi yang kontinu yang jelas tidak normal dan sampelnya
bebas.
Menguji
H0
|
Tandingan
H1
|
Hitunglah
|
μ1 = μ2
|
μ1 < μ2
μ1 > μ2
μ1 μ2
|
μ1
μ2
u
|
Misalkan n1 banyaknya pengamatan
dalam sampel yang lebih kecil, dan n2 banyaknya pengamatan dalam
sampel yang lebih besar. Urutkanlan n1 dan n2 pengamatan
dari kecil ke besar dan beri peringkat. Bila terdapat yang seri, maka
pengamatan tersebut diganti dengan dengan rataan rangnya jika keduanya dapat
dibedakan (tidak seri).
Jumlah rang yang berasal dari n1
pengamatan dalam sampel yang lebih kecil dinyatakan dengan w1. Dan w2
merupakan jumlah rang yang berasal dari n2 pengamatan dalam sampel
yang lebih besar.
Apabila nilai w1 sudah ditemukan
maka nilai w2 dapat dicari. Seperti rumus dibawah ini,
w1 + w2 =
w2
= - w1
Untuk pengujian ekasisi, hipotesis nol μ1
= μ2 ditolak dan diterima tandingannya μ1 < μ2 apabila
w1 kecil dan w2 besar. Begitu pula, tandingan μ1
> μ2 dapat diterima jika w1 besar dan w2
kecil. Untuk pengujian dwisisi, tandingan μ1 μ2 diterima
bila minimum dari w1 dan w2 cukup kecil.
d.
Uji Kruskal – Wallis
Uji Kruskal –
Wallis sering pula disebut Uji H Kruskal – Wallis, adalah rampatan uji jumlah
rang (dwisampel Wilcoxon) untuk sejumlah sampel k>=2. Uji ini digunakan
untuk menguji hipotesis nol bahwa k sampel bebas berasal dari populasi yang
sama. Diperkenalkan oleh W.H. Kruskal dan W.A. Wallis pada tahun 1945, uji ini
merupakan padanan cara nonparametrik untuk menguji kesamaan rataan dalam
analisis variansi ekafaktor bila si pencoba ingin menghindari bahwa sampel
berasal dari populasi normal.
Uji ini mirip dengan uji Anova pada data parametrik hanya saja
tidak dipenuhi anggapan k kenormalan dari data. Analisis yang digunakan
berdasarkan Rij yaitu ranking data, bukan data itu sendiri.
Langkah
– langkah uji Kruskal - Wallis :
1.
H0 : Semua K populasi
adalah identik
2. H1 : Tidak semua K populasi identik
3. Tentukan taraf nyatanya.
4. Tentukan daerah kritisnya dengan menggunakan tabel chi-kuadrat.
Dengan derajat kebebasan v = k-1
5. Melakukan perhitungan uji kruskal – wallis dengan rumus dibawah
ini
h =
dengan ni merupakan jumlah data pengamatan
disetiap sampel dan ri merupakan jumlah rang dalam satu sampel data
pengamatan.
6. Bila nilai h jatuh dalam daerah kritis pada tabel, dengan
derajat kebebasan v = k – 1, tolak H0 pada taraf nyata. Dan terima H0
jika tidak jatuh dalam daerah kritis pada tabel.
BAB III
KESIMPULAN
Pada bab III ini akan diberikan kesimpulan mengenai makalah
yang sudah ditulis.
1.
Statistika dikelompokkan dalam dua
kelompok yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensia.
2.
Statistika deskriptif adalah
statistik yang berkenaan dengan metode atau cara
mendeskripsikan, menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan data.
3.
Statistik inferensial adalah
statistik yang berkenaan dengan cara penarikan kesimpulan berdasarkan data yang
diperoleh dari sampel untuk menggambarkan karakterisktik atau ciri dari suatu
populasi.
4.
Statistika inferensial dibedakan
menjadi dua yaitu statistika parametrik dan statistika nonparametrik.
Statistika nonparametrik dapat digunakan untuk menganalisis data yang berskala
ordinal dan nominal.
5.
Kelebihan statistika nonparametrik
dari parametrik adalah perhitungannya lebih sederhana, data tidak harus
kuantitatif, dan asumsi tidak mengikat.
6.
Kelemahan statistika nonparametrik
adalah tidak terlalu efisien karena jumlah contoh atau sampel lebih besar.
7.
Beberapa metode pengambilan
keputusan yang biasanya dilakukan menggunakan uji statistika nonparametrik
adalah uji tanda, uji rang-tanda, uji jumlah-rang, uji kruskal-wallis, dll.
8.
Uji statistika nonparametrik lebih
banyak menggunakan sistem rang atau peringkat dalam penentuan daerah kritisnya
beserta dalam penarikan keputusan.
Mbak maaf boleh mintak softcopy nya mbak?? sama nanyak buat sumber bukunya pakek apa ya mbak ?? terimakasih
ReplyDeletetolong mnita dftar pustakanya trimakasihh krimm lwat emaill y mbkk draagons.dragon@gmail.com
ReplyDeleteMbk, mau izin ngopy buat referensi bikin makalah. terimakasih.
ReplyDeleteMbak, mau tanya ?? sumber bukunya pakai apa Ya mbak(perhitungan Non-Parametrik)?? Mohon bantuannya Mbak ya.
ReplyDeleteOh ya Mbak...jika punya panduan Perhitungn Non Prametrik sy Minta SoftcopyNya..kirim ke E-mail aja Mbak... Mohon Bantuannya Mbak...Terima kasih
ReplyDeleteE-mail : salman4lfarzi95@gmail.com
ReplyDeleteAssalamualaikum kak punya data yang menggunakan metode nonparametrik gak ?
ReplyDeleteAssalamualaikum Wr. Wb. Selamat pagi Bapak/Ibu. Saya saat ini sedang menyusun tugas akhir dengan judul penelitian "Analisis Pengaruh Penggunaan Dana Zakat terhadap Pemberdayaan Masyarakat". Begini Bapak/Ibu, saya telah mengerjakan penelitian saya dengan uji parametrik namun setelah dilakukan uji normalitas, hasilnya data saya tidak berdistribusi normal, dan saya sudah mengusahakan dan menggunakan cara yang ada di buku untuk menormalkan data tersebut, mulai dengan log, ln, transform, outlier, histogram, P-P Plot, Q-Q Plot, namun masih belum normal. Kemudian saya disarankan oleh pembimbing menggunakan uji non parametrik. Dan yang ingin saya tanyakan adalah apakah uji parametrik yang telah saya lakukan sebelumnya dihapus kemudian diganti dengan uji nonparametrik, atau bagaimana? Mohon jawabannya Bapa/Ibu. Terima kasih Bapak/Ibu.
ReplyDelete